Selasa, 15 November 2011

Asuhan Keperawatan Pasien Hemodialisis

I. Pengkajian

Keluhan:
Klien dengan hemodialisis biasanya mengeluhkan: Lemas, pusing, gatal, baal-baal, bengkak-bengkak, sesak, kram, BAK tidak lancar, mual, muntah, tidak nafsu makan, susah tidur, berdebar, mencret, susah BAB, penglihatan tidak jelas, sakit kepala, nyeri dada, nyeri punggung, susah berkonsentrasi, kulit kering, pandangan gelap, nyeri otot, nyeri pada penusukkan jarum, rembes pada akses darah, keringat dingin, batuk berdahak/tidak.

Riwayat Kesehatan Saat Ini
Pengembangan Keluhan Utama dengan perangkat PQRST dan pengaruhnya terhadap aktivitas sehari-hari

Riwayat Kesehatan Dahulu
Menanyakan adanya riwayat infeksi saluran kemih, infeksi organ lain, riwayat kencing batu/obstruksi, riwayat konsumsi obat-obatan, jamu, riwayat trauma ginjal, riwayat penyakit endokrin, riwayat penyakit kardiovaskuler, riwayat darah tinggi, riwayat kehamilan, riwayat dehidrasi, riwayat trauma.

Riwayat Kesehatan Keluarga
Menanyakan riwayat polikistik, diabetes, hipertensi, riwayat penyakit ginjal yang lain. Cantumkan genogram min. tiga generasi.

Pemeriksaan Fisik
Aktivitas istirahat/tidur
  • Lelah,, lemah atau malaise
  • Insomnia
  • Tonus otot menurun
  • ROM berkurang
Sirkulasi
  • Palpitasi, angina, nyeri dada
  • Hipertensi, distensi vena jugularis
  • Disritmia
  • Pallor
  • Hipotensi/hipertensi, nadi lemah/halus
  • Edema periorbital-pretibial
  • Anemia
  • Hiperlipidemia
  • Hiperparatiroid
  • Trombositopeni
  • Pericarditis
  • Aterosklerosis
  • CHF
  • LVH
Eliminasi
  • Poliuri pada awal gangguan ginjal, olguri dan anuri pada fase lanjut
  • Disuri, kaji warna urin
  • Riwayat batu pada saluran kencing
  • Ascites, meteorismus, diare, konstipasi

Nutrisi/cairan
  • Edema, peningkatan BB
  • Dehidrasi, penurunan BB
  • Mual, muntah, anorexia, nyeri ulu hati
  • Efek pemberian diuretic
  • Turgor kulit
  • Stomatitis, perdarahan gusi
  • Lemak subkutan menurun
  • Distensi abdomen
  • Rasa haus
  • Gastritis ulserasi
Neurosensor
  • Sakit kepala, penglihatan kabur
  • Letih, insomnia
  • Kram otot, kejang, pegal-pegal
  • Iritasi kulit
  • Kesemutan, baal-baal
Nyeri/kenyamanan
  • Sakit kepala, pusing
  • Nyeri dada, nyeri punggung
  • Gatal, pruritus,
  • Kram, kejang, kesemutan, mati rasa
Oksigenasi
  • Pernapasan kusmaul
  • Napas pendek-cepat
  • Ronchi
Keamanan
  • Reaksi transfuse
  • Demam (sepsis-dehidrasi)
  • Infeksi berulang
  • Penurunan daya tahan
  • Uremia
  • Asidosis metabolic
  • Kejang-kejang
  • Fraktur tulang
Seksual
  • Penurunan libido
  • Haid (-), amenore
  • Gangguan fungsi ereksi
  • Produksi testoteron dan sperma menurun
  • Infertile

Pengkajian Psikososial
  • Integritaqs ego
  • Interaksi social
  • Tingkat pengetahuan tentang penyakit dan penatalaksanaannya
  • Stress emosional
  • Konsep diri









Laboratorium
  • Urine lengkap
  • Darah lengkap meliputi: Hb,Hct, L, Trombosit, LED, Ureum pre dan post, kreatinin pre dan post, protein total, albumin, globulin, SGOT-SGPT, bilirubin, gama gt, alkali fosfatase, kalsium, fosfor, kalium, natrium, klorida, gula darah, SI, TIBC, saturasi transferin, feritin serum, pth, vit D, kolesterol total, HDL, LDL, trigliserida, asam urat, Hbs Ag, antiHCV, anti HIV, CRP, astrup:pH/P02/pC02/HCO3
  • Biasanya dapat ditemukan adanya: anemia, hiperkalemia, hiperfosfatemia, hipokalsemi, ureumikum, kreatinin meningkat, pH darah rendah, GD klien DM menurun
Radiologi
  • Ronsen, Usg, Echo: kemungkinan ditemukan adanya gambaran pembesaran jantung, adanya batu saluran kencing/ginjal, ukuran korteks, gambaran keadaan ginjal, adanya pembesaran ukuran ginjal, vaskularisasi ginjal.
  • Sidik nuklir dapat menentukan GFR
EKG  
  • Dapat dilihat adanya pembesaran jantung, gangguan irama, hiperkalemi, hipoksia                                           miokard.
Biopsi
  • Mendeteksi adanya keganasan pada jaringan ginjal
 II. Diagnosa dan Intervensi

DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI


NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN
INTERVENSI
1
Pola nafas tidak efektif b.d.
Over hidrasi: penumpukan cairan di paru
Asidosis: pernapasan kusmaul
Anemia
Hiperkalemi

Karakteristik
Klien mengeluh sesak
RR > 30 X/mnt
Terdapat pola napas kusmaul
Retraksi interkostalis (+)
Pernapasan cuping hidung (+)
Sianosis pada akral (+)
Pallor (+)
Ronchi (+)
Hb < 9 mg/dl
Dispneu (+)
Orthopneu (+)
Sputum berbusa darah (+)

Pola napas efektif dengan criteria:
Keluhan sesak berkurang/hilang
Retraksi interkostalis (-)
Rr 16-20 X/mnt
Pola napas kusmaul (-)
Sianosis (-)
Hb 10-11 mg/dl
Orthopneu (-)
Dispneu (-)
Pallor (-)
Pch (-)
  1. Observasi tanda vital, kaji pola napas; kaji adanya kusmaul, periksa suara napas dari adanya ronchi.
  2. Atur posisi  semifowler
  3. Berikan oksigen lembab sesuai kebutuhan.
  4. Atur UFR dengan berdasar pada BB kering
  5. Berikan dialisat bicnat
  6. Lakukan ultrafiltrasi  terpisah bila perlu
  7. Berikan transfusi darah PRC bila Hb<
  8. Lakukan kolaborasi pemberian therafi obat untuk mengkoreksi asidosis, anemia

2
Gangguan rasa nyaman: gatal b.d.
Akumulasi garam ureum pada kulit
Peningkatan kadar fosfat
Hipersensitif terhadap heparin dan alat-alat dialysis
Perubahan tekstur kulit yang ekstrim
Kondisi kulit yang kering
Akumulasi calsium
Penurunan aktivitas kelenjar keringat
Neuropati otonomi uremikum
Reaksi transfusi pada klien dengan transfusi

Karakteristik
Klien mengeluh gatal
Uruem frost (+)
Bekas garukan  (+)
UFR ↑
Warna kulit menghitam
Pemakaian alat dialysis yang kurang adekuat priming/soacking
Kulit kering

Klien mengatakan gatal berkurang/hilang
Kulit kering berkurang/menjadi lembab dan bersih
Ureum frost ber(-)
UFR tidak ekstrim
Bekas garukan (-)
Priming dan socking adekuat

  1. Kaji warna kulit, tekstur, turgor dan vaskularisasi untuk memberikan arah intervensi yang sesuai
  2. Inspeksi adanya bruises, purpura dan tanda infeksi untuk deteksi dini
  3. Berikan lotion pelembab untuk menurunkan kekeringan kulit
  4. Berikan salicil talk
  5. Berikan antihistamin sesuai anjuran
  6. Berikan antipruritus sesuai anjuran
  7. Anjurkan klien untuk memelihara kuku pendek dan bersih.
  8. Lakukan priming dan socking dan UF dalam sirkulasi tertutup secara adekuat
       9.   Anjurkan peningkatan BB interdialitik      tidak lebih dari 5% berat badan kering
3
Gangguan rasa nyaman: nyeri saat insersi pada tempat penusukkan b.d. insersi fistula needle.

Karakeristik :
Klien mengeluh nyeri pada akses vaskuler saat dilakukan penusukkan.
Ekspresi wajah tampak meringis
Terdapat luka penusukkan untuk akses darah


Keluhan pada saat ditusuk minimal
Saat penususkan ekspresi wajah tenang

  1. Lakukan penusukkan yang tepat dan hati-hati untuk mengurangi resiko nyeri yang berlebihan
  2. Berikan anestesi local pada daerah yang akan ditusuk untuk mengurangi rasa nyeri terutama saat punksi femoralis.  Bisa berbentuk injeksi atau spray.
  3. Ajarkan dan anjurkan teknik relaksasi dan distrraksi
  4. Lakukan kompres dingin untuk memblok rasa nyeri
  5. Kaji tingkat nyeri, apakah hilang setelah penusukkan, menetap atau bertambah

4
Gangguan rasa aman: penurunan daya tahan tubuh b.d.
Malnutrisi
Anemia
Terpapar zat kimia seperti desinfektan, havox, formalin.
Overhidrasi

Karakteristik:
Status nutrisi rendah; massa otot kecil
Hb < 10 mg/dl
Pallor
Klien mengeluh lemas
Klien mengeluh sering sakit-sakita
Daya tahan tubuh meningkat dengan criteria
Status gizi meningkat
Hb > 10 mg/dl
Pucat (-)
Lemas (-)
Tidak mengeluh mudah/sering sakit
  1. Kaji satus nutrisi, status gizi, status anemi/zat besi
  2. Anjurkan untuk mendapat status nutrisi sesuai kebutuhan diet untuk klien dengan dialysis
  3. Lakukan priming, soacking dan ultra filtrasi pada sirkulasi trertutup secara adekuat untuk mengeluarkan zat-zat kimia
  4. Anjurkan kepada klien, keluarga dan tenaga kesehatan untuk mengenakan pelindung seperti masker, menerapkan prinsip universal precaution agar tidak terpapar kontaminan
  5. Kolaborasi untuk koreksi anemi: EPO, terafi zat besi, dan transfuse
  6. terapkan prinsip a/anti septic saat penusukan, pencabutan atau menhindari paparan terhadap darah.
  7. Lakukan pengontrolan rutin terhadap water treatment
       8. Anjuran untuk membatasi peningkatan BB 5% berat badan kering interdialitik
5
Gangguan rasa nyaman: kram b.d.
Hipotensi
UFR↑/penarikan cairan di bawah BB kering
Kandungan sodium pada cairan dialisat rendah
Hipokalsemi

Karakteristik:
Klien mengeluh kram
Otot pada anggota tubuh yang kram nampak tegang
Klien nampak kesakitan
Klien nampak gelisah
Tensi menurun
Kram berkurang/hilang dengan criteria
Keluhan kram berkurang
Otot yang kram rileks
Klien nampak tenang
Tensi dalam batas normal
  1. Anjurkan klien untuk relaksasi, hiperekstensi bagian tubuh yang kram.
  2. Lakukan distraksi, kaji penyebab kram, ukur tekanan darah
  3. Bila disertai hipotensi, berikan normal salin;diikuti pemberian larutan hipertonik dianjurkan glukosa 40% (tidak diberikan pada klien diabetic)
  4. Kolaborasi pemberian kalsium iv bila hipokalsemi
  5. Kolaborasi pemberian relaksan oral 2 jam sebelum dialysis
  6. Evaluasi BB kering klien, atur UF Goal dengan hati-hati
  7. Anjurkan kepada klien untuk latihan peregangan pada anggota badan yang serting kram
  8. atur nilai sodium pada cairan dialisat tidak terlalu rendah.


6
Resiko terjadi hipotensi b.d.
Penurunan volume darah yang berlebihan akibat:
  • Fluktuasi UFR
  • UFR yang tinggi akibat peningkatan BB yang tinggi
  • BB kering yang terlalu rendah
  • Sodium cairan dialisat terlalu rendah
Penurunan fungsi vasokonstriksi akibat
  • Obat anti hipertensi (OAH)
  • Cairan dialisat asetat
  • Suhu cairan dialisat terlalu panas
Penurunan fungsi jantung
  • Kegagalan meningkatkan denyutan jantung secara tepat karena penurunan pengisiannya akibat: memakan β bloker, neuropati otonom  uremikum, ketuaan.
  • Ketidak mampuan meningkatkan kardiak output karena alas an lain : penurunan kontraktilitas otot jantung akibat ketuaan, hipertensi, aterosklerosis, kalsifikasi miokardial, penyakit katup, amiloidosis dll
Sepsis, perdarahan samar, arritmia, hemolisis, emboli udara, anafilksis

Karakteristik
Klien mengeluh pusing, mual, kram
Tensi menurun
UFR tinggi
Suhu dialisat rendah
Sodium dialisat terlalu rendah
Pemakan asetat dialisat
Ureum sangat tinggi
Riwayat mengkonsumsi OAH sebelum dialysis

Hipotensi tidak terjadi dengan criteria:
Tanda vital dalam batas normal
Keluhan pusing, mual (-)
UFR tidak lebih dari selisih BB per time dialysis < 5% BB kering
Mengkonsumsi OAH pada wakrtu yang tepat
Menggunakan dialisat bicnat, Na ditingkatkan, suhu diturunkan
BB kering terkendali
  1. Monitor tanda vital tiap jam/lebih sering bila perlu sebagai deteksi dini hipotensi
  2. Kaji adanya keluhan mual, pusing sebagai deteksi dini hipotensi
  3. Atur UFR dengan cara: BB sebelum cuci dikurangi BB kering dibagi time dialysis tidak lebih dari 5% BB kering
  4. Anjurkan tidak mengkonsumsi OAH sebelum cuci
  5. Atur pemberian dialisat :
1)      Gunakan bicnat hindari asetat
2)      Tingkatkan nilai sodium
3)      Turunkan suhu dialisat ke 34-36°C
  1. Re-evaluasi BB kering
  2. Anjurkan untuk tidak makan secara berlebihan saat menjalani HD
  3. Bila diketahui tensi menurun dan terdapat keluhan pusing:
1)      Berikan oksigen lembab
2)      Atur posisi kepala lebih rendah
3)      Turunkan UFR serendah mungkin
4)      Berikan normal salin 100 cc/lebih
5)      Berikan larutan hipertonis


7
Gangguan rasa nyaman: nyeri kepala b.d
Sindroma dis-eq ringan
Penggunaan larutan dialisat yang mengandung asetat
Penarikan kafein dari darah secara mendadak bagi klien peminum kopi

Karakteristik:
Klien mengeluh sakit kepala
Ekspresi wajah nampak meringis
Nampak gelisah
Riwayat peminum kopi
QB tinggi
Penggunaan dialisat asetat
Time dialysis terlalu lama


Ekspresi wajah tenang
Keluhan sakit kepala berkurang/hilang
Gelisah (-)
Minum kopi terkendali
Qb minimal
Menggunakan dialisat bicnat
Time dialysis terkendali


  1. Observasi tanda vital, kaji tingkat nyeri
  2. Anjurkan relaksasi dan lakukan distraksi
  3. Turunkan QB sampai batas minimal (150 ml/mnt)
  4. Ganti dialisat asetat dengan bicnat
  5. Berikan asetaminofen sesuai anjuran
  6. Anjurkan untuk membatasi kopi sebelum cuci darah
  7. Hentikan dialysis bila sakit kepala tidak hilang


8
Gangguan rasa nyaman: nyeri dada/nyeri punggung b.d.
First use syndrome
Angina
Hemolisis
Emboli

Karakteristik:
Klien mengeluh nyeri dada/pinggang
Ekspresi wajah meringis
Tanda vital abnormal
gelisah


Keluhan nyeri dada/punggung berkurang/hilang
Ekspresi wajah tenang
Tanda vital normal
Klien tampak tenang


  1. Kaji tanda vital
  2. Anjurkan relaksasi, lakukan distraksi, atur posisi yang nyaman
  3. Turunkan QB, UFR
  4. Berikan oksigen lembab bila perlu
  5. Identifikasi penyebab nyeri dada, tentukan apakah dari dializer baru, jantung, emboli, hemolisis
  6. Kolaborasi untuk koreksi etiologi
  7. Berikan analgetik sesuai anjuran
  8. Hentikan dialysis bila nyeri menetap/bertambah


9
Gangguan keseimbangan cairan : berlebih b.d.
Penurunan fungsi ginjal dalam dalam mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit

Karakteristik:
Klien mengeluh bengkak-bengkak pada perut, wajah atau anggota gerak, sesak
Anuri/oliguri (+)
Hipertensi (+)
Peningkatan BB yang signifikan
Pernapasan pendek-cepat
Ronchi (+), edema paru


Klien mengatakan bengkak berkurang/hilang
Klien mengatakan sesak berkurang
Edema (-)
Peningkatan BB interdialitik tidak lebih dari 5% BB kering
Pola napas normal, RR Normal

  1. Monitor peningkatan tensi, edema perirbital dan peripheral
  2. Auskultasi paru untuk mengidentifikasi adanya cairan dalam paru
  3. Ajarkan klien untuk pentingnya pengendalian dan pengukuran air dan berat badan untuk mencegah overhidrasi; jumlah air yang diminum = 500 cc + diuresis / hari
  4. Ajarkan klien tentang diet rendah sodium untuk mengontrol edema dan hipertensi
  5. Ajarkan klien agar peningkatan BB interdialitik tidak lebih dari 5% BB kering
  6. Berikan oksigen lembab bila sesak
  7. Lakukan UF untuk mencapai BB kering
  8. Lakukan  SQHD bila perlu


10
Perubahan pola nutrisi b.d.
Pembatasan diet
Mual-muntah
Anoreksia
Penurunan BB kering
Gangguan keseimbangan elektrolit

Karakteristik:
Klien mengeluh mual-muntah, tidak nafsu makan
BB kering menurun
Bau mulut (+)

Keluhan mual-muntah, tidak napsu makan berkurang/hilang
Protein total dan albumin dalam batas normal
BB kering terpelihara

  1. Monitor BB, kadar ureum, kreatinin, protein total, albumin, dan elektrolit sebagai indicator dari adekuasi dialysis, status gizi dan respon therafi
  2. Anjurkan perawatan mulut untuk mencegah stomatitis, membuang bau mulut
  3. Berikan makanan porsi kecil tapi sering dalam keadaan hangat
  4. Anjurkan klien untuk memilih makanan yang diperbolehkan
  5. Berikan makanan dengan kalori 35 kcal/kgBB/hari untuk mengimbangi proses katabolisme dialysis dan memelihara BB kering
  6. Batasi protein 1,2 gr/kgBB/hari dan batasi fosfat untuk mengurangi metabolisme dan produk ureum, kalium, fosfat dan H+
  7. Berikan permen dan sejenisnya untuk meningkatkan rasa pada klien yang tidak menderita DM


11
Resiko terjadi injuri: fraktur tulang b.d.
Gangguan absorbsi calsium
Gangguan sekresi fosfat
Perubahan metabolisme kalsitriol

Tidak terjadi fraktur tulang
Perlambatan penyakuit tulang (+)
Kadar calsium darah > 8 mg/dl

  1. Kaji adanya hipokalsemia, hiperfosfat, nyeri otot serta kaku sendi untuk mengetahui kemungkinan resiko fraktur
  2. Observasi adanya nyeri tulang sebagai indikasi adanya kerusakan tulang
  3. Lakukan ROM dan dorong klien berambulasi untuk merangsang osteoblas dan mengurangi reasorbsi tulang
  4. Berikan lingkungan yang aman untuk mengurangi resiko kecelakaan, mis penerangan yang cukup, pegangan tangan
  5. Berikan Suplemen kalsium,vit D dan fosfat binder sesuai anjuran untuk mengobati demineralisasi tulang
  6. Anjurkan untuk mengkonsumsi suplemen tersebut  di tengah-tengah saat makanan


12
Intoleransi aktivitas b.d.
Anemia karena kekurangan EPO
Anemia hemolitikum karena uremia, rusak oleh blood pump, rusak saatkeluar dari jarum karena QB yang besar
Anemia defisinsi besi karena darah tersangkut di dializer, blood line, needle
Malnutrisi
Proses katabolisme hemodialisis

Karakteristik:
Klien mengeluh lemas dan mudah lelah
Klien nampak lelah
Pallor (+)
Tachikardi
Napas pendek
Hb dan hematokrit rendah


Klien mengatakan lemas/lelah berkurang/hilang
Tanda vital dalam batas normal
Pallor berkurang/hilang
Hb dan Hct meningkat
Klien mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan

  1. Monitor kadar Hb dan Hct sebagai indicator suplai oksigen pada klien
  2. Berikan zat besi dan EPO sesuai anjuran
  3. Berikan folic acid sesudah dialysis
  4. Berikan istirahat yang cukup
  5. Ajarkan klien untuk merencanakan kegiatan dan menghindari kelelahan
  6. Usahakan meminimalkan kehilangan darah selama dialysis
  7. Observasi adanya perdarahan pada daerah penusukan
  8. Modifikasi heparin untuk mencegah adeanya resiko perdarahan


13
Perubahan pola eliminasi BAB: konstipasi b.d.
Menurunnya motilitas saluran cerna
Pembatasan air
Modifikasi diet
Ketidakseimbangan elektrolit

Karakteristik:
Klien mengeluh susah BAB
Klen mengatakan sudah lebih dari tiga hari tidak BAB
Klien mengatakan BAB keras.


Pola defekasi normal
Klien mengatakan BAB lancer
Kobnsistensi feces lembut

  1. Kaji pola eliminasi BAB klien, auskultasi bising usus
  2. Dorong klien untuk melakukan ambulasi semampunya untuk meningkatkan peristaltic usus
  3. Berikan pelembek feces sesuai anjuran
  4. Ajarkan klilen untuk menghjindari laksatif yang mengandung magnesium


14
Perubahan pola eliminasi BAB: diare b.d.
Inflamasi gastrointestinal sekunder terhadap ureum
Efek samping kayeksalat

Karakteristik
Klien mengeluh BAB mencret
Frekuensi BAB sering
Konsistensi feces cair

Pola defekasi normal dengan criteria:
Klien mengatan BAB tidak mencret
Konsistensi feces normal
BAB tidak sering (1-2X/hari)

  1. Catat jumlah BAB untuk memonitor kehilangan cairan dan elektrolit
  2. Monitor kadar elektrolit terutama kalium, kalsium, dan bicnat saat klien mengalami diare persisten
  3. Anjurkan/berikan untuk meminum cairan yang mengandung elektrolit yang aman (yang mengalami deficit)
  4. Berikan perawatan perianal dengan hati-hati menggunakan lotion untuk memelihara keutuhan kulit perianal
  5. Berikan asupan cairan pengganti bila dehidrasi
  6. Berikan antidiare sesuai anjuran


15
Perubahan pola eliminasi BAK b.d.
Penurunan fungsi filtrasi ginjal

Karakteristik:
Klien mengatakan BAK sedikit
Anuri (+)
Oliguri (+)
GFR < 15 cc/mnt

Pola mikturisi mengalami modifikasi oleh mesin dialysis


  1. Kaji pola eliminasi BAK klien; jumlah urine perhari, frekuensi BAK/hari, Karakter urin, keluhan saat BAK
  2. Berikan diuretic sesuai anjuran
  3. Anjurkan untuk minum sejumlah urin ditambah 500cc
  4. Lakukan penarikan ultra filtrasi sesuai BB kering


16
Gangguan rasa aman: cemas b.d.
Perubahan konsep diri
Ancaman fungsi peran
Ketidakpastian hasil terafi pengganti ginjal
Batasan-batasan diet obat dan penanganan
Berkurangnya rasa kendali diri

Karakteristik:
Perilaku yang tidak patuh
Penolakan
Cemas
Mudah marah
Peningkatan denyut jantung, RR, dan tensi
Ketidakmampuan berkonsentrasi



Karakteristik:
Perilaku yang tidak patuh
Penolakan
Cemas
Mudah marah
Peningkatan denyut jantung, RR, dan tensi
Ketidakmampuan berkonsentrasi


  1. Mengkaji tingkat kecemasan:
    1. Apabila ringan sampai sedang, dilanjutkan dengan penyelesaian masalah (problem solving)
    2. Apabila berat-panik, kurangi tuntutan-tuntutan pada klien, mencegah prosedur yang tidak perlu, gunakan teknik focusing dan relaksasi
  2. Mengkaji stressor tertentu terhadap ancaman-ancaman yang tidak spesifik dan umum
  3. Menunjukkan sikap pengertian
  4. Mempertahankan cara yang santai, tidak mengancam dan empati
  5. Membantu mengidentifikasi mekanisme koping yang biasa klien gunakan
  6. Identifikasi cara klien meminimalkan stressor-stressor yang dihadapinya
  7. Berikan umpan balik realistis terhadap ancaman nonspesifik yang dihadapi klien
  8. Gali cara-cara klien mengontrol dirinya
  9. Gali konsep diri klien dan persepsi akan perasaannya
  10. Berikan konsistensi terhadap apa yang kita lakukan


17
Ketidakberdayaan b.d.
Penyakit ginjal kronis
Ketidakmampuan untuk melakukan tanggung jawab peran
Kurangnya pengetahuan
Kehilangan kendali diri

Dapat mengidentifikasi area di mana klien dapat melakukan kendali diri
Ikut terlibat dalam menentukan keputusan dalam penanganan klien sendiri
Menunjukkan fungsi peran yang memadai
  1. Bantu klien mengidentifikasi perasaan-perasaan ketidakberdayaan
  2. Identifikasi faktor-faktor penyebab ketidakberdayaan
  3. Libatkan dalam pengambilan keputusan
  4. Bantu klien mengenali situasi yang dapat dan tidak dapat diubah
  5. Berikan dukungan terhadap penggunaan potensi yang ada
  6. Berikan edukasi kepada klien


18
Kesedihan yang mendalam b.d
Hilangnya fungsi ginjal
Gagalnya alat-alat akses
Hilangnya fungsi peran

Karakteristik:
Adanya ekspresi:
  • Kemarahan
  • Penolakan
  • Rasa bersalah
  • Perilaku menarik diri


Mengekspresikan perasaanyang berhuibungan dengan kehilangan
Menyatakan realitas kehilangan
Mengekspresikan pandangan akan masa yang akan dating

Membantu klien dalam melalui proses kesedihan:
  1. Fase penolakan
    • Jujur mengenai hal kehilangan
    • Menyatakan bahwa penolakan adalah hal yang normal
  2. Fase kemarahan
o   Toleran dan sabar terhadap sikap klien untuk mencegah penggunaan mekanisme pertahanan diri
o   Memfasilitasi klien dalam mengekspresikan kemarahan dalam cara yang konstruktif dan dapat diterima
o   Mengeksplorasi perasaan bersalah pada klien
  1. Fase penyadaran
o   Memberikan dukungan dan penerimaan
o   Menganjurkan klien untuk berbagi perasaan dengan orang lain
o   Menunjukkan kepada klien bahwa perilaku menangis adalah hal yang dapat diterima dan sehat
  1. Fase penerimaan
o   Membantu klien dalam memformulasikan tujuan dan penyesuaian
o   Menggali persepsi klien akan perubahan yang ditimbulkan penyakit ginjak kronis
Mengadakan diskusi dengan klien penderita penyakit ginjal kronis lain tentang bagaimana memberikan respon terhadap penyakit.


19
Perubahan konsep diri b.d.
Hilangnya fungsi ginjal
Perubahan gambaran diri
Perubahan peran
Perubahan kendali diri

Karakteristik:
Perilaku tergantung
Menarik diri
Mengkritik diri secara berlebih
Ekspresi ketidakberdayaan


Citra diri meningkat
Mengambil tanggung jawab peran
Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan

  1. Tunjukan penerimaan kepada klien, bahwa klien adalah manusia yang berharga
  2. Membantu klien dalam melalui perasaan  kecewa akibat kehilangan
  3. Gali makna dari penyakit dan therafi bersama klien
  4. Bantu klien mengenali sumber kecemasan  yang berhubungan dengan perubahan citra diri
  5. Gunakan problem solving dan role play bersama klien untuk meminimalkan kecemasan
  6. Fokuskan kekuatan dan potensi yang ada pada klien
  7. Kurangi tekanan pada kegagalan dan ketidakberdayaan
  8. Hindari pujian palsu
  9. Dorong untuk interaksi social


20
Resiko terjadi shock hipovolemi b.d.
UFR tinggi
UF di bawah BB kering
Sirkulasi ekstrakorporeal
Perdarahan

Faktor resiko:
Klien mengeluh pusiong
UFR Tinggi
Penurunan tensi
UF melewati BB kering
Terdapat sirkulasi ekstra corporeal

Tidak terjadi shock hipovolemik dengan kriteria
Tanda vital dalam batas normal
UF tidak melewati BB kering
Sirkulasi ekstra corporeal minimal


  1. Observasi tanda vital tiap jam/sesuai keadaan, kaji keluhan
  2. Anjurkan untuk membatasi peningkatran BB < 5% BB kering
  3. Kaji ulang BB kering klien
  4. Kaji ulang pemakain ginjal dengan volume priming minimal


21
Resiko terjadi perdarahan b.d.
Heparinisasi
Uremia
Anemia

Faktor resiko:
Pemberian heparin
Kadar ureum yang tinggi
Kadar Hb yang rendah
Terdapat luka tusuk


Perdarahan tidak terjadi dengan criteria:
Melena (-)
Petechiae (-)
Hematuri (-)
Ekimosis (-)
Perdarahan gusi (-)
Rembesan pada luka tusuk minimal
Pemberian heparin terkendali
Kadar ureum terkendali
Kada Hb terkoreksi


  1. Observasi tanda vital, tanda-tanda perdarahan seperti petechiae, ekimosis, perdaran gusi, rembesan pada luka penusukan yang berlebihan, melena, hematuri
  2. Berikan heparin dalam dosis yang aman melalui cara pemberian yang tepat
  3. Evaluasi pasca dialysis akan adanya rembesan dan lamanya waktu pembekuan
  4. Kaji kadar ureum pre dialysis untuk mengantisipasi perdarahan
  5. Kaji kadar Hb, koreksi dulu bila memungkinkan.
  6. Kaji clotting time dan bleeding time


22
Resiko terjadi kloting b.d.
Sirkulasi ekstrakorporeal
Darah bersentuhan dengan alat-alat dialysis
Heparinisasi tidak adekuat
UFR tinggi
QB rendah
Akses darah tidak adekuat

Faktor resiko:
Adanya sirkulasi ekstrakorporeal
Adanya kontak dengan benda asing/alat dialysis
Heparinisasi yang tidak adekuat
Akses darah tidak paten
QB rendah
UFR tinggi
Busa/kloting di bubble trap
Cloted dializer



Kloting tidak terjadi dengan criteria
Sirkulasi ekstra corporeal lancer
Dosis heparin sesuai kebutuhan/BB
Akses paten
QB optimal
UF < 5% BB kering


  1. Inspeksi bubble trap dari adanya busa/clot
  2. Inspeksi dializer dari adanya warna darah yang lebih hitam (cloted dializer) dengan cara membilas dengan NaCl
  3. Optimalkan QB sesuai BB
  4. Batasi peningkatan BB klien < 5% BB kering
  5. Berikan dosis heparin sesuai BB/kondisi
  6. Cek CT dan BT bila ditemukan gejala kloting
  7. Lakukan priming soacking dan UF pada sirkulasi tertutup secara adequate


23
Resiko terjadi Emboli udara b.d.
Adanya akses masuk udara via sirkulasi ekstrakorporeal

Faktor resiko:
Proses kanulasi tidak tepat/kencang/teliti, klem tidak kencang.


Emboli udara tidak terjadi dengan criteria:
Tanda vital normal, tidak terdapat gejala emboli pada klien seperti sesak nyeri dada
Prosese kanulasi aman
Klem-klem aman
Detector udara aktif, bubble trap siap


  1. Observasi tanda vital tiap jam/sesuai kondisi, waspadai gejala emboli
  2. Lakukan kanulasi dengan cermat sehingga bebas dari udara
  3. Periksa klem-klem tiap jam
  4. Pastikan bubble detector aktif
  5. Lakukan penyambungan blood line dengan fistula needle dengan cermat sehingga terbebas dari udara
  6. Lakukan priming dengan baik sehingga gelembung udara daapat terbilas
  7. Atur bubble trap dengan permukaan darah mengisi 2/3 – ¾.


24
Resiko menggigil b.d.
Priming tidak adekuat
Proses reuse tidak adekuat
Water treatment terkontaminasi
Rinsing tidak adekuat
UF pada sirkulasi tertutup tidak adekuat
Daya tahan tubuh lemah

Factor resiko:
Penggunaan ginjal reuse
Kontaminasi water treatment
Priming, rinsing, UF pada sirkulasi tertutup tidak adekuat
K/U klien lemah

Menggigil tidak terjadi dengan criteria:
Proses reuse dilakukan secara adekuat
Priming, rinsing, UF pada sirkulasi tertutup adekuat
Water treatment aman dari kontaminan/rutin dikontrol

  1. Lakukan reuse sesuai protap untuk mencegah MO masuk
  2. Lakukan soacking pada kompartemen dialisat ginjal buatan min. 10 mnt
  3. Lakukan priming pada kompartemen darah ginjal buatan min 2 labu normal salin, untuk ginjal baru 1 labu
  4. lakukan rinsing kimiawi dan air (sesuai kebijakan masing-masing institusi) min 40 mnt.
  5. Lakukan pemeriksaan secara berkala pada instalasi water treatment termasuk uji kandungan air murni
  6. Tingkatkan daya tahan tubuh, salah satunya dengan melakukan koreksi pada malnutrisi


25
Gangguan fungsi seksual b.d
Penurunan libido
Penurunan fungsi ereksi
Penurunan hormone testoteron
Anemia
Uremikum
infertil
Karakteristik
Keluhan tidak bergairah
Tidak bisa ereksi
Tidak haid
Fungsi seksual meningkat
Dengan criteria
Keluhan penurunan gairah berkurang
Klien mengetahui pengaruh PGK terhadap kehidupan seksual
Klien melakukan modifikasi hubungan seksual
  1. Kaji status seksual klien dan pasangan
  2. Kaji factor penyebab yang berkaitan dengan gangguan fungsi seksual klien
  3. Berikan penjelasan kepada klien dan pasangan tentang pengaruh PGK terhadap fungsi seksual
  4. Kolaborasi dengan seksolog
  5. Kolaborasi untuk koreksi anemia, azotemia


III. Implementasi dan Evaluasi
Setelah melakukan pengkajian, penyusunan diagnosa keperawatan, dan perencanaan intervensi, kita melakukan implementasi dengan mengaplikasikan intervensi yang sudah disusun.  Setiap tindakan yang dilakukan didokumentasikan dengan respon dari klien


Hasil respon dari klien menjadi bahan evaluasi untuk dikaji ulang apakah tujuan sudah tercapai atau masih perlu modifikasi.

3 komentar:

  1. Saya sangat berterima kasih buat postingan Mas Rudi, sangat membantu dan bermanfaat. Cuma mungkin terlalu banyak singkatan dan istilah yang kurang bisa dimengerti terlebih oleh masyarakat awam yang mana berasal dari latar belakang yang berbeda-beda, khususnya medis. Sekai lagi terima kasih!

    BalasHapus
  2. Oiya maaf satu lagi, pasien hemodialisa kan tidak boleh mengonsumsi obat terlalu banyak, adakah alternatif perawatan seperti bila sesak lakukan semi fowler pada posisi tidur pada gangguan lainnya? Terima Kasih :)

    BalasHapus
  3. Terima kasih pak. sangat membantu sekali dalam menyelesaikan laporannya. ��

    BalasHapus